watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BERSAMA GREACE

Kisah nyata ini bermula ketika saya mengikuti test
penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota
Mataram. Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah
ditentukan, saya diinterview pada session
terakhir.
“Saudara Andi, silakan” panggil resepsionis cewek
itu mengajak saya ke sebuah ruangan.
Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang
cantik, seperti artis mandarin yang ternyata
adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan
hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya
merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya
putih bersih karena masih ada keturunan
tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda
sekitar 26 tahunan.
“Permisi Bu..”
“Selamat pagi, silakan duduk” sapanya ramah
mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma
dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling
berhadapan.
“Oh ya, kenalkan saya Grace”
“Andi Bu” jawab saya sambil bersalaman
dengannya.
“Panggil Mbak aja ya”
“Iya.. Mbak”
Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang
saya lamar dan bagaimana tanggapan dari
perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan
yang terakhir.
“Dulu apa pekerjaannya, Andi?” tanya Grace
sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih
itu.
Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi
seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku.
Kuperkirakan tingginya 170 cm/56 kg dengan
pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.
“Sampai sekarang sih masih sebagai free guide”
jawab saya jujur.
“Maksudnya..?”
“Pemandu tour lepasan untuk turis domestik,
begitu”
“Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini
membutuhkan orang yang berkualitas tinggi”
“Jadi maaf ya, Andi belum bisa memenuhi syarat
yang ditentukan perusahaan”
“Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa
menerimanya”
“Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-
kira dua mingguan”
“Maksud Mbak..?” tanya saya nggak ngerti.
“Kalo saya minta Andi menjadi tour guide saya
selama dua minggu, berapa biayanya?”
“Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas
deh jalan-jalan ke pulau Lombok” jawab saya
senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada
order nih, cantik lagi.
“Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach,
saya tunggu”
“Ya Mbak, pasti saya datang”
“Permisi Mbak”
“Ya, silakan” jawab Mbak Grace mengantar saya
keluar ruangan.
*****
Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel
Senggigi Beach tempat Mbak Grace menginap.
“Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Grace yang
mana ya?” tanya saya pada recepsionis hotel itu.
“Oh, Pak Andi ya, sudah ditunggu di lobi hotel
sama Ibu Grace”
“Terima kasih Mbak”
“Sama-sama”
Ternyata Mbak Grace sudah menunggu di lobi
dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-
samar kelihatan payudaranya yang masih
terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya
dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh
sekali dari formalitas.
“Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?”
“Nggak apa-apa kok, tapi panggil Grace aja ya”
“Ya Mbak.. E.. Eh.. Grace”
“Andi, bisa nyopir khan?”
“Bisa.. emangnya kenapa”
“Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan”
“Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake
taksi”
“Grace pengin liat tempat gerabah dulu ya”
“Ya, ayo kita berangkat sekarang” ajak saya
sambil menggandeng tangannya, rupanya Grace
tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang
putih mulus itu.
Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa
Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang
luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di
luar kota Mataram. Setelah sampai, Grace
membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan
kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.
“Terus mau kemana lagi Grace?” tanya saya
padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
“Temenin saya berenang yuk”
“Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich”
“Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?”
“OK boss”
Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach,
ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan
orang, cuma ada beberapa bule sedang
berjemur.
“Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu”
celoteh Grace sambil berlalu ke ruang ganti.
Setelah beberapa saat, wow.. Grace sudah
berganti dengan baju renang yang seksi sekali,
berwarna putih selaras dengan kulitnya dan
payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.
“Ayo Ndi, kok bengong aja” katanya
mengagetkan saya dan kami pun berenang di
dalam kolam yang cukup besar itu.
Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu
Grace mengajak saya mengakhiri dulu acara
renangnya.
“Sampai besok ya Ndi”
“Ya, sampai besok Grace” jawab saya sambil
menelan ludah karena membayangkan betapa
putih dan seksinya Grace memakai pakaian
renangnya itu.
Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau
bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma
angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya
antar Grace ke pemandian alam Suranadi, tempat
air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat
wisata lainnya.
“Kita ke mall yuk” ajak Grace sambil
menggandeng tangan saya mesra bagai
sepasang kekasih saja.
“Ada acara apa nich ke mall?” tanya saya sambil
melirik Grace yang duduk dengan santai dan
seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya
memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya
yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang,
kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti
sedap, pikirku.
“Saya mau beli pakaian atas nich” jawabnya.
Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi
akrab sekali. Siang itu Grace mengenakan kaos
ketat putih bergambar panda yang dipadu
dengan rok jins mini berwarna biru dengan
sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini
model baju gaul jaman sekarang atau kreasi
Grace sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai
pada saat hari Minggu, hingga saya bisa
menggandeng pinggang Grace yang ramping itu
dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali.
Rupanya Grace tidak keberatan saya peluk
pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada
kesempatan nih, pembaca.
“Kita cari baju yuk” ajaknya ke toko baju dalam
mall tersebut.
“Okey..”
“Ini bagus nggak Ndi?” tanyanya sambil
memperlihatkan hem merah.
“Bagus juga kok Grace, cobain aja” jawabku.
“Iya deh” jawabnya sambil menuju ruang ganti.
Tentu saja saya mengikutinya dan membantu
menutup kain tempat mencoba baju itu, namun
yang membuat saya berdebar-debar, ternyata
ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu,
mungkin saja Grace tidak tahu atau pura-pura
tidak tahu. Pertama-tama Grace membuka kaos
ketat warna putihnya hingga sekarang tampak
kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh
indah, membuat si boy langsung berdiri,
kemudian ia mencoba hem merah itu dan
ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Grace.
Setelah cocok dan membayar harganya, saya
mengajak Grace mencoba naik cidomo
(semacam dokar yang ditarik oleh kuda),
sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya
aman.
“Gimana Grace, rasanya naik cidomo?” tanya
saya sambil memperhatikan rok mininya yang
tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo
hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang
berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri
hingga celana jins saya jadi sesak.
“Lucu ya, naik cidomo begini”
“Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas
daerah sini”
“Oh, gitu..”
Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke
hotel supaya Grace bisa beristirahat.
“Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?” tanya Grace
tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
“E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok” kata saya
tergagap-gagap karena kaget bahwa Grace tahu
tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya.
Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan
diusir.
“Mmh.. Gitu ya”
“Maaf ya Grace, saya nggak sengaja kok, kalo
Grace nggak suka saya bisa pergi sekarang kok”
jawab saya sambil akan meninggalkannya.
“Tunggu.. Ndi, sebetulnya Grace nggak apa-apa
kok”
“Terima kasih kalo begitu” jawab saya yang tidak
jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di
hadapannya kembali.
“Gimana badannya Grace?” tanyanya lagi dengan
antusias.
Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha
membujuk Grace supaya mau making love
dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau
diusir, itu resikonya.
“Seksi sekali” jawabku.
“Yang bener” tanyanya memastikan.
“Abis bodinya Grace seksi sich, rajin fitness ya”
“Iya, ini akibat latihan fitness”
“Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar”
ajak Grace tiba-tiba sambil menggandeng tangan
saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar
yang bagus sekali.
Tiba-tiba HP Grace berdering, dan Grace
menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow,
sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya
yang berwarna putih karena duduknya yang agak
membuka kedua pahanya itu. Sungguh
pemandangan yang indah sekali. Setelah Grace
menutup HP-nya, Grace menatap saya dengan
pandangan yang lain.
“Ada apa Grace?” tanya saya sambil duduk di
sampingnya.
“Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke
Jakarta” jawabnya sambil menyandarkan
kepalanya pada pundak saya.
“Lho, kok cepat sekali” tanya saya sambil
mengelus pundak kirinya pelan.
“Biasa, panggilan dari bos besar..” jawabya
sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan
mesra.
“Gimana kalo sekarang, Andi kasih hadiah”
“Hadiah apa, pasti asyik nih?” celoteh Grace
penasaran sambil menatap saya serius.
“Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman”
“Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat”
celotehnya sambil nyengir.
“Lho, ini khan ada rasanya” jawab saya nggak
mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-
usap pipinya yang putih mulus.
“Geli tau..” tolaknya manja.
“Lama-lama enak kok” rayu saya sambil
mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit
demi sedikit supaya Grace merasakan
rangsangan.
“Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal..” sentak Grace
sambil mendorong tubuh saya, namun
dorongannya malah membuat kami berdua jatuh
ke sofa dengan posisi saya menindih Grace.
Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena
langsung saja saya cium bibirnya yang merah
basah. Beberapa saat Grace masih memberontak
lemah dan pergumulan itu semakin membuat
tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya
yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya
memegang kepalanya.
“Mmh..” guman Grace karena mulutnya penuh
oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan
kembali ke lehernya yang putih bersih, terus
menjilatinya dengan gemas.
“Sst.. Jann.. Ngan.. Sst..” celotehan dan sedikit
rintihan Grace membuat saya tahu bawah Grace
sekarang agak terangsang, dan perlawanannya
sudah mulai semakin lemah.
“Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan..” rintihnya sambil
memegang tangan saya yang sedang meremas
payudaranya.
Tangan saya kembali bergerilya ke bawah
punggungnya, dan berusaha melepas BH
putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan
tiba-tiba BH itu disentak oleh Grace sendiri hingga
lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke
atas. Tampak jelas payudaranya yang putih
mulus dengan putingnya yang sudah berdiri
kencang.
“Ndi.. Pakai kondom ya..?” pinta Grace sambil
meraba-raba si boy dengan pelan.
“Ya Grace..” jawab saya sambil membuka
kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi.
Grace sekarang sudah melepas kaos ketatnya
hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
“Tunggu Grace, biar saya saja yang nanti
melepasnya” cegah saya saat melihatnya akan
membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah
membuka pakaian dan celana panjang hingga
bugil tinggal tersisa CD saja.
“Ini rahasia kita berdua lho” bisik Grace sambil
menatap saya tajam dan saya lihat di matanya
ada keinginan yang terpendam dan sudah lama
tak tersalurkan.
“Oke boss..” jawab saya sambil menciumnya
dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh
Grace, bahkan tangan saya dengan bebas
meremas payudaranya yang kiri dan kanan
secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun
ke payudaranya dan melumatnya, menghisap
bahkan menggigit putingnya hingga Grace
merintih. Itu saya lakukan selama beberapa
menit.
“Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst..”
pinta Grace sambil merintih tidak karuan sambil
mendorong kepala saya memintaku mencium
dan menjilat pusarnya.
Tangan kanan saya juga aktif merayap pada
pahanya dan semakin naik ke bawah hingga
masuk ke dalam roknya dan menyentuh
vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap
beberapa menit, kemudian tangan saya
masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-
ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan
cairan.
“Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst..” rintih Grace sambil
berusaha membuka roknya. Karena birahinya
sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka
rok beserta CD-nya hingga Grace bugil sama
sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan
montok.
“Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong..” pinta
Grace tidak sabar sambil membuka CD saya dan
keluarlah si boy dengan tegaknya. Grace sampai
tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.
Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek
cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya
dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-
sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi
agak berjongkok untuk menghisap vaginanya
yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi,
sedangkan Grace tiduran di sofa sambil
membuka pahanya agak lebar.
“Lho, kok bengong” tanya Grace sambil
membimbing kepalaku agar lebih dekat pada
vaginanya.
“Ehh..” jawabku kaget tapi cuma sesaat karena
berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada
awalnya baru pada bibir vagina dan lama-
kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji
kacangnya serta menghisapnya lebih keras,
bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu
dengan jilatan dan hisapan saya.
“Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh..” rintih Grace panjang
sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai
wajah saya terbenam semua dalam permukaan
vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-
remas payudaranya silih berganti dengan dibantu
tangan Grace sendiri.
“Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya..
Kelu.. Ar.. Arkh..” jerit Grace karena dengan tiba-
tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.
Rupanya Grace telah mengalami orgasmenya
yang pertama karena saya tahu begitu banyak
cairannya yang keluar.
“Grace, mau nggak isep si boy?” tanya saya
menghentikan gerakan menghisap cairan
vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
“Mmh.. Gimana ya, Grace belum pernah tuch”
jawabnya sangsi karena mungkin Grace memang
belum pernah menghisap kemaluan cowok.
“Gini, kuajarin, Grace lumat aja dan jilat dulu
kepalanya ya” bujuk saya sambil membimbing
Grace duduk di sofa dan saya berdiri di
hadapannya mengulurkan kontol. Tangan
kanannya saya arahkan untuk memegang kontol
saya dan memintanya mengocok pelan.
“Begini ya..?” tanya Grace sambil mengocok
kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si
boy semakin keras saja.
Rupanya si Grace cepat belajarnya, dan saya
semakin menikmatinya.
“Bagus.. Sekarang kulum Grace.. Sst.. Ya.. Gitu..”
pinta saya lirih karena dengan cepatnya Grace
mengulum kepala kontol saya dan semakin lama
semakin ke dalam hingga kontol saya sampai
masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-
kadang tanpa diminta, Grace menjilati buah zakar
saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan
menghisap kontol saya dengan irama yang
kadang cepat kadang pelan.
“Sst.. Udah Grace.. Cukup..” pinta saya karena
sudah tidak kuat menahan hisapan Grace yang
semakin lama se makin liar saja.
“Ayo Ndi, Grace udah nggak tahan nich..” jawab
Grace sambil memasangkan kondom pada kontol
saya.
Kemudian Grace rebah telentang lagi di sofa
dengan masih memegang kontolku yang sudah
memakai kondom dan mengarahkannya pada
bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu
pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga
membuat Grace mendesis kegelian.
“Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja..”
“Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst..” jerit Grace karena
kepala kontol saya sudah masuk setengah pada
vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam
vaginanya.
“Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss..” rintih Grace begitu
kontol saya masuk semua dan menggoyangkan
pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa
kontol saya keluar masuk vaginanya dengan
perlahan dan semakin lama makin cepat.
“Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst..” pinta
Grace pada saya karena saya memperlambat
sodokan kontol saya.
“Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss..”
“Grace.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?” tanya saya
tersengal-sengal karena Grace semakin aktif
memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan
kanannya memegang pantat saya dan
menekannya dengan keras hingga kontol saya
semakin dalam masuk ke vaginanya.
“Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt..” jawabnya lirih karena
kedua tangan saya silih berganti meremas
payudaranya yang kadang-kadang saya isap
puting susunya bergantian.
“Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan..
Sst..” pinta Grace yang rupanya sudah tidak tahan
pada sodokan kontol saya yang keluar masuk
makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya
goyangan pinggul Grace.
“I.. Ya.. Grace.. Sst..” desis saya lirih karena saya
dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul
Grace yang kencang itu hingga kontol saya
rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.
Beberapa puluh menit saya dan Grace melakukan
making love itu dengan bersemangat hingga
kepala Grace menoleh ke kiri-ke kanan tak
beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan
bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada
Grace disertai dengan pelukan Grace yang makin
kencang.
“Sst.. Ayo.. Grace.. Sst..”
“Ssrtrrsst.. Arkhkk..” jerit Grace melengking
sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai
sodokan kontolku yang makin cepat dan
akhirnya..
Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya
muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam
kondom. Grace akhirnya lunglai sambil memeluk
saya dengan hangat.
“Hahh.. Lega rasanya..”
“Gimana rasanya Grace?” tanya saya sambil
membelai rambutnya yang harum itu.
“Enak gila” jawabnya sambil tersenyum.
Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering
melakukan making love dengan Grace, bahkan
sering Grace yang memulai lebih dulu. Akhirnya
pada hari terakhir saya mengantar Grace ke
bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam
05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam
07.00. Mungkin Grace masih ingin curhat pada
saya mengenai beberapa hal.
“Wah, masih sepi ya..”
“Iya Grace, baru kita aja yang datang, tapi nggak
apalah, kita khan bisa ngobrol” jawab saya santai.
“Iya, ya”
Pagi itu Grace mengenakan hem yang baru
dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini
kesukaannya yang berwarna putih. Setelah
mengobrol sekitar lima belas menit, Grace
kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet
wanita.
“Saya tunggu di sini ya”
“Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang”
pinta Grace sambil menggandeng tangan saya
masuk ke toilet wanita itu.
Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang
kosong. Gila juga Grace, nanti kalau ada yang
tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya
berpikir panjang, Grace sudah melepas celana
dalamnya yang berwarna merah dan
mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.
“Eh.. Grace.. Gimana kalo ada orang nich” jawab
saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga
celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol
dengan tegaknya.
“Sst.. Udah diam aja kamu” jawab Grace sambil
meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
“Tapi belum pake kondom nich”
“Nggak usah, Grace pengin yang original, ayo..”
pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada
vaginanya.
Saya juga membantunya dengan memegang
pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada
vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku
Grace dan Grace berhadapan dengan saya
mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.
“Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst..”
“Iya..” jawab saya sambil dengan cepat
menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.
Untung saja pagi itu belum ramai oleh
penumpang dan toilet itu belum ada yang
mendatanginya hingga Grace dan saya bisa
making love dengan nikmat yang bercampur
dengan perasaan berdebar-debar.
“Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt..” rintih Grace sambil
menggoyang pinggulnya dengan liar.
“Sst.. Mmhmm.. Ssrttss..” desisnya.
“Grace.. Sst..” desis saya lirih sambil tangan saya
melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam
BH-nya serta meremas payudaranya dengan
pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga
bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang
dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
“Ssrtss.. Ssttrtss..” rintih Grace pelan sambil
mempercepat goyangan pinggulnya.
Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang
lebih 40 menit itu saya akhiri dengan
mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat
hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya
dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang
kondom.
“Sst.. Arkhkk..” jerit Grace sambil memeluk saya
dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya
lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari
Grace. Hingga beberapa saat saya dan Grace
masih menikmati sensasi itu dengan berciuman
lembut.
“Trim’s ya Ndi..”
“Sama-sama Grace, kapan-kapan main-main ke
Lombok lagi ya” jawab saya sambil
membereskan celana dan baju, begitu pula
dengan Grace yang mengganti celana dalamnya
dengan yang berwarna hijau lumut.
Setelah rapi, saya dan Grace keluar toilet untuk
mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih
belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian
baru Grace berangkat ke Jakarta dengan
membawa dan meninggalkan sejuta kenangan.


Adult | GO HOME | Exit
1/614
U-ON

inc Powered by Xtgem.com